Dia, Cerita, Dinamika

Ketika menikah dia bukan lagi sahabatmu yang utuh seperti dulu. Tiap kali senang, bersama. Tiap kali sedih, berdua. 

Senyum lepas tertinggal di ujung meja sana setelah aku mengelap sisa kopi di bibir dengan kebahagiaan.

Saling mengadu sakit dengan diam. Tidak ada yang penting utamanya bungkam. Tidak ada lagi dialog mendalam kecuali menatap tajam dari kejauhan. Masa lalu membuntuti tak berkesudahan.

Janji tenggelam bersama ribuan cerita sederhana di ujung kuku yang patah. Hari ini dia utuh menjadi dirinya sendiri.


Comments

Popular Posts