Tuhan, Bicaralah!

Di balik jendela kujepit rokok yang semakin hari menusuk dada. Memikirkan jumlah waktu yang sudah dilalui, aku merasa sangat beruntung. Tak perlu kusebut bagaimana. Biarlah 10 tahun nanti kuceritakan indahnya suka-duka. Itu tak ingin menjadi seberapa tentang mimpi. Aku tak suka berangan tinggi. Cukup yang sederhana saja untuk memuaskan dahaga jiwa ini. Enggan menuhankan uang meski cinta kubawa sujud tiap gerak dalam doa. Apakah aku manusia paling hina? Tuhan, bicaralah!

Comments

Popular Posts