Budak Bagi Diri Sendiri

Perbudakan Ibukota. "Nikmati saja." Begitulah kira-kira kalimat yang terlontar dari mulutku, satu dari sekian pekerja yang menjabankan keringatnya bertarung di Ibukota. Bukan sekadar mencari sesuap nasi, istilah itu terlalu kuno. Hanya demi mencukupi kepuasan diri, zaman sudah beda. Melakukan aktivitas kerja dari pagi hingga malam karena waktu habis di jalanan. Semua serba uang. Tarif bis 640 tak lagi Rp. 2.000,- sejak huru-hara kenaikan BBM. Harusnya kita tak merasa terbebani jika pemerintah lebih percaya masyarakat dari mentuhankan diri. Akhirnya, kita sama seperti apa yang kita benci. Kitalah budak bagi diri kita sendiri.

Comments

Popular Posts