Satu Diantara Kalian

Belakang ini aku semakin banyak bekerja dan belajar. Jemari tak pernah melambai-lambai. Lalu, kutuliskan apa yang perlu kukatakan. Seperti sekarang ini. Tadi ada diskusi tentang masalah (kusebut musibah) yang tengah kualami. Sedikit melegakan. Setidaknya atasanku tahu. Itu menenangkan. Apakah kronologis kejadian yang aku ceritakan itu penting? Entah. Bisa juga mereka hanya terfokus pada benda yang hilang, titik. Belum lepas dari ingatan, seumpama aku bisa memprediksi bahwa ada 'maling' di dalam bis yang aku tumpangi. Apalagi maling tersebut ada percis di samping kananku. Tentu aku tak akan membiarkan perjalanan malam itu berlanjut. Apa daya, aku cuma manusia biasa. Tidak pernah mengetahui apa yang aku terjadi dalam sekedip mata (sekalipun). Tidak semua dapat dimaklumi begitu saja. Diantara pembicaraan tadi siang, masih saja ada yang mengharapkan aku tetap harus mengganti sama dengan apa yang aku hilangkan padahal itu musibah. Iya, aku paham. Sekedar bicara, jikalau orang yang mendengarkan ceritaku mengalami hal tersebut. Apakah akan bingung sama seperti yang kurasakan saat ini? Sementara, aku tidak mampu mengganti barang bekas bernilai jutaan. Di lain sisi, aku tetap bertahan untuk mengukur kemampuan diriku sendiri. Aku bukan orang 'kaya'. Tapi aku mau berusaha melakukan apa saja demi kebaikan semua, agar terhindar dari fitnah. Tuhan Maha Mengetahui, maka selalu ada jalan bagi yang benar.

Comments

Popular Posts