Pagi Buta Tanggal 31

Duduk berhadapan dengan kaca rias di kamar Ibuku. Kusam. Entah ada dialog terselubung apa di wajahku. Gelisah. Beberapa kali kugoyangkan kaki. Menghitung cepatnya kemudian, tak mungkin pernah merasa sanggup meninggalkan berjuta detik yang berlalu. Kamu harus menjadi yang terakhir dalam not salah. Petikan gitar yang patah, jeritan malam begitu resah. Teman bicara searah. Lalulintas waktu bersama, jembatan cinta, pengiring nada yang kita anggap selalu indah. Berikan aku waktu hari ini untuk banyak tersenyum, banyak menatap, banyak menjelaskan, banyak menerima segala harapanmu. Senandung kasih bisu.

Comments

Popular Posts