Tuhan Jahat! Enggak!

Beberapa jam yang lalu, rasa lelahku bercampur dengan murung. Menelusuri jalan di malam hari yang penat, nampak di kiri beberapa orang tengah asik menikmati buah durian. Mobil parkir di dekat trotoar, dan aku melewati semua itu. Tak terasa sampai juga di pangkalan ojek, sepuluh ribu atas rejeki Tuhan aku sampai di hadapanmu. Muka asam, dan entah apa rasanya berjalan kaki tadi, hingga timbul amarah pada diri sendiri. Sebenarnya ingin menyapamu lebih riang, maaf aku yang selalu ingin diperhatikan. Lalu duduk dan kau bangun dari bangku, kurebahkan kepala di meja, terngiangkan "Tuhan Jahat! Enggak!, " berkali-kali rasanya aku ingin melupakan tentang siapa aku dulu. Kemudian kau kembali duduk, "Mau makan apa?" sebelumnya memang aku bilang mual, kau tahu aku sedikit rewel dengan makan. Kitapun beranjak dari tempat pertemuan awal, menyebrangi jalan untuk memesan satu piring menu dari restoran yang menyolok itu agar perutku aman. Selesai dari kelaparan, kita berbincang. Dalam pertemuan, selalu ada cerita-cerita menarik diantara kita, aku suka momen ini, rasanya beda dan lebih nyata daripada telefon genggam. Beberapa kali ada pembahasan yang memukul dadaku, ternyata itu pula campuran kimia kata yang menggelisahkan jelang tidur pada setiap waktu. Sulit menjabarkan perasaanku lagi, terlalu buruk keadaanku, juga ingin membuktikan betapa aku menyayangimu. Andai Tuhan jahat bukan karena aku tak pernah memohon, melainkan kita harus dipisahkan.

Comments

Popular Posts