Lagi di bis kota

Tak ada yang serius disini,
gemuruh dalam sepi setelan roda empat yang nyaris bobrok karena kurang perawatan (Ya, begitulah Ibukota) kita selalu ingin memiliki apa saja namun sulit menjaga saat mendapatkannya [hilang konteks]!

Malam pekat ini,
menyambung kepalsuan,
ada banyak penderitaan yang terkuak di reformasi,
jual-beli harga diri,
korupsi yang dianggap hina oleh seluruh masyarakat yang ternyata mereka pun masuk didalam(nya)!

Negri syahdu dari himpunan yang terbelakang karena pola pemikiran sempit (mungkin) dan orang begitu tumbuh besar hanya dengan keegoisannya [tidak mau mencicipi susah orang lain], kalau menurut teman: "Satu generasi harus putus untuk keadaan seperti ini"!

Lintasan dipacu supir bis 640 yang rata-rata berasal dari Sumatera [keras kepala]? Ini sekedar pendapat!

Mereka kupikir hampir sama juga (akhirnya) dengan kesadisan penguasa Ibukota, kenapa?

Seketika penumpangnya tak [penuhi] kursi di bis ini, si supir sembarangan menurunkan mereka di jalanan untuk berganti menaiki bis yang berada di belakang/depan dengan nomor yang sama (640)!

Apalah dunia ini,
jika saling menuding tanpa sadar dirinya belum baik untuk dibanggakan, ditunggangi [lagi-lagi] soal semau-maunya diri sendiri!

Memperolok kekuasaan demi kepuasan per-individu,

apa materi yang mereka punya harus dilegalisir?

apa hidup di Ibukota harus terpaksa kredit mobil?

Tujuan bahagia dilansir sebagai acuan ketentraman, bukan pedoman melengkapi penderitaan orang lain!

Remang, lemahnya bis kota!

Merujuk pada sebuah lamunan panjangku,
hingga matahari memang tak pernah marah akan manusia yang berada dibawahnya yang selalu mengeluh atas sinar dan panasnya!

Sukma...
malam penuh janji yang tersembunyi di teralis kemunafikan dunia!

Comments

Popular Posts